Pada hari Rabu, 25 September, SD Kristen Petra 5 mengadakan program parenting yang sangat dinanti, bertema “With Empathy, We Build Social Skills to Overcome Conflict.” Kegiatan ini dipandu oleh Ibu Shirly Indrawati Kiantoro, M.K., seorang ahli pendidikan yang berfokus pada pengembangan keterampilan sosial anak.
Ibu Shirly membuka sesi dengan penjelasan mendalam tentang pentingnya empati. Ia menjelaskan bahwa empati bukan hanya sekadar merasa kasihan, tetapi kemampuan untuk melihat dan merasakan sesuatu dari sudut pandang orang lain. Ada dua komponen utama dalam empati: afektif, yang melibatkan perasaan, dan kognitif, yang berkaitan dengan pemahaman situasi orang lain.
Ibu Shirly menekankan bahwa empati harus dilatih dan dibangun. Salah satu cara terpenting untuk mengembangkan empati adalah dengan belajar mendengarkan. Ia mengutip Amsal 18:13, yang mengingatkan bahwa memberi jawaban sebelum mendengar adalah tanda kebodohan. Pesan ini sangat relevan bagi orang tua dalam menghadapi situasi sehari-hari dengan anak-anak mereka.
Selama sesi, Ibu Shirly memberikan berbagai tips praktis untuk melatih empati baik di rumah maupun di sekolah. Di rumah, orang tua disarankan untuk menjadi pendengar yang baik, memberikan contoh sikap empati, mengajarkan anak pentingnya berempati, serta mendorong anak untuk berbagi dan peduli dengan sesama. Di sekolah, para orang tua diingatkan untuk menjadi teladan, mendorong anak berbagi makanan dengan teman, serta mengajarkan anak untuk berempati kepada teman yang mungkin mengalami kesulitan.
Kegiatan ini tidak hanya menambah wawasan orang tua, tetapi juga memberikan mereka kesempatan untuk langsung mempraktikkan apa yang telah dipelajari. Melalui diskusi interaktif, orang tua berbagi pengalaman dan bertukar pikiran tentang bagaimana mereka dapat menerapkan konsep empati dalam kehidupan sehari-hari.
Program parenting ini diakhiri dengan harapan bahwa dengan menumbuhkan empati, anak-anak di SD Kristen Petra 5 akan memiliki keterampilan sosial emosional yang lebih baik, mampu mengelola emosi, serta mampu menyelesaikan konflik dengan cara yang lebih konstruktif. Dengan demikian, tema yang diangkat menjadi lebih dari sekadar kata-kata, biarlah menjadi sebuah langkah konkret dalam membangun generasi yang lebih peduli dan saling menghargai.